
Jember, Wartajember.co.id - Matahari terasa begitu menyengat ketika rombongan Bupati Jember memasuki kampung nelayan Puger. Begitu menyengatnya terik matahari ketika itu, hingga beberapa orang yang turut dalam rombongan, seakan tak tahan menahan sengatan terik dan berusaha menutupi kepalanya dengan topi.
Ya, saat itu Bupati Jember, dr. Faida. MMR, dan rombongan menjenguk keluarga korban musibah kecelakaan laut Puger. Satu persatu rumah korban didatangi oleh bupati dan rombongan.
Tak terkecuali dengan rumah Cecep yang turut menjadi korban terbaliknya perahu yang ditumpanginya akibat terhempas ganasnya ombak Laut Selatan. Cecep yang meninggal bersama 8 ABK lainnya, meninggalkan dua orang anak yang masih kecil dan satu orang isteri yang saat ini tengah bekerja di Malaysia.
Di rumah almarhum Cecep, Bupati Faida tampak begitu tak kuasa membendung air matanya, tat kala tahu dua anak belia, 6 tahun dan 14 tahun, yang berada di depannya adalah putera korban kecelakaan laut yang menimpa nelayan Puger. Dan seketika itu bupati memberikan bantuan untuk meringankan beban hidup keluarga para korban.
“Korban (Cecep, red) meninggalkan dua orang anak, yaitu seorang anak perempuan barusia 14 tahun dan seorang anak laki-laki berusia 6 tahun,” kata Bupati Faida usai memberikan bantuan kepada keluarga korban laka laut di Dusun Mandaran, Desa Puger Kulon, Kecamatan Puger, Minggu (22/7).
Selama ini, semenjak ditinggal ibunya merantau mencari nafkah bertahun-tahun di Malaysia, kesehariannya hidup bersama bapaknya yang berprofesi sebagai nelayan. Tentu, dalam keseharian, kedua anak ini sangat menggantungkan hidupnya dari jerih payah bapaknya.
Setelah ditinggal bapaknya akibat kecelakaan laut yang terjadi beberapa hari lalu, kini kedua anak tersebut menggantungkan hidupnya dari tetangga dan sanak keluarganya. Anak pertama almarhum Cecep yang perempuan, sudah lama putus sekolah karena ketiadaan biaya.
Gadis belia itupun terpaksa harus menjaga adik laki-lakinya yang masih kecil sejak ditinggal ibunya mencari nafkah ke Malaysia. Inilah yang menjadi penyebab, mengapa anak perempuan korban laka laut itu tidak melanjutkan pendidikannya.
“Untuk itu kami berharap pada kedua anak ini tetap melanjutkan sekolah. Karena pendidikan itu sangat penting. Kita berusaha bagaimana anak anak yang ditinggalkan masih tetap bisa sekolah, termasuk janda- jandanya dapat teringankan beban sehari-harinya,” jelas Bupati Faida.
Bupati Faida sendiri menyatakan, pemerintah sudah mempersiapkan program-program gratis untuk melanjutkan pendidikan. Kedua anak korban laka laut inipun akhirnya bersedia melanjutkan pendidikannya.
Kepada dua anak yatim kakak beradik yang masih kecil dan sendiri di rumahnya, bupati memutuskan untuk memberikan makan setiap hari melalui warung terdekat. Makan sehari tiga kali dibiayai oleh pemerintah.
Tidak hanya pada kedua anak Cecep saja bantuan dan santunan itu diberikan. Anak-anak korban laka laut yang lain juga diperlakukan hal yang sama.
“Kami juga memberikan bantuan kesehatan, para korban akan mendapatkan palayanan kesehatan gratis,” ujarnya.
Lebih jauh bupati mengungkapkan, sembilan korban perahu tenggelam itu belum terdukung asuransi kesehatan. Mereka tidak termasuk 3.700 nelayan yang pada tahun 2017 mendapatkan asuransi.
Dari 12 ribu nelayan di Kabupaten Jember yang terdata baru sekitar 3700 orang yang mendapat asuransi nelayan. Dari asuransi itu ada bantuan dari Presiden melalui menteri sosial, per korban Rp.15 juta, ditambah santunan dari Pemerintah Kabupaten Jember Rp. 5 juta per orang.( Nugroho/AB )
No comments:
Post a Comment